Senin, 12 Mei 2014

Memajukan Bahasa Indonesia



Oleh Arbai,  Guru SMPN 1 Kluet Timur, Aceh Selatan Mahasiswa Penerima Beasiswa S2 Kemdikbud di MM UGM, Yogyakarta

DI tengah peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang jatuh pada 2 Mei tiap tahunnya, ada momen besar lainnya yang “terabaikan,” yaitu hari kelahiran bahasa Indonesia. Menurut Profesor linguistik UI, Harimurti Kridalaksana, tanggal 2 Mei itu juga adalah hari kelahiran bahasa Indonesia, karena sebelum diadakan kongres pemuda kedua pada 28 Oktober 1928, didahului kongres pemuda pertama pada tanggal 2 Mei 1926 yang diwarnai perdebatan tentang bahasa Melajoe sebagai bahasa persatuan.

Pada saat kongres pemuda pertama ikrar pemuda berbunyi, “Kami poetra-poetri Indonesia mengakoe bertumpah darah satoe, tanah air Indonesia. Kami poetra-poetri Indonesia mengakoe berbangsa satoe, bangsa Indonesia. Kami poetra-poetri Indonesia menjoenjoeng bahasa persatuan, bahasa melajoe”, digagas oleh M Yamin. Dua poin pernyataan pertama disetujui oleh anggota yang hadir. Namun, untuk poin pernyataan ketiga tentang bahasa melajoe, mendapat tantangan dari peserta yang hadir, yaitu Mohamad Tabrani.

Menurutnya kalau sudah menetapkan persatuan bangsa, tidak perlu lagi berpaling pada bahasa daerah, dan harus berani pula memutuskan bahasa persatuan bangsa yang mestinya bernama Indonesia. Sehingga pada akhirnya kongres pemuda kedua tidak ada lagi penyebutan bahasa Melajoe. Banyak dari kita tidak tahu tentang sejarah lahir bahasa Indonesia ini. Tokoh para pendahulu kita menyadari betul akan pentingnya bahasa yang bisa mempersatukan keragaman suku, ras, daerah, agama dan lain-lainnya dalam satu ikatan persatuan, yaitu bahasa Indonesia.

Patut juga kita syukuri, para pendiri bangsa mempunyai visi yang begitu jauh ke depan, melebihi zamannya. Mereka tidak menonjolkan sifat kedaerahannya. Kalau misalnya saja setiapmereka menonjolkan bahasa daerahnya masingmasing,  maka tidak akan tercapai bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Selanjutnya, bahasa Indonesia ini telah mempererat, dan menjadi penyangga berdirinya negara Indonesia.

Juga memelihara kekokohan dan persatuan. Namun, dewasa ini penghargaan terhadap bahasa Indonesia mulai luntur, seiring dengan derasnya arus globalisasi. Tak bisa dimungkiri pula para siswa-siswa kita yang saat ini duduk di bangku sekolah ikut juga terkena imbasnya. Indaktornya bisa kita lihat dari hasil Ujian Nasional (UN) tingkat SMA/K setiap tahunnya.

Nilai bahasa Indonesia masih saja di bawah nilai pelajaran lainnya. Yang lebih ironis lagi, nilai bahasa Indonesia siswa jurusan IPS dan IPA lebih tinggi daripada nilai siswa jurusan bahasa. Misalnya saja hasil UN tahun 2012 menunjukkan bahwa 25 persen siswa jurusan bahasa yang tidak lulus mata pelajaran bahasa Indonesia. Sedangkan siswa jurusan IPS yang tidak lulus mata pelajaran ini hanya 19 persen dan siswa IPA hanya 12 persen.

 Rendahnya nilai bahasa Indonesia juga menunjukkan bahwa bahasa Indonesia kalah pamor atau kalah kelas dengan mata pelajaran lainnya. Dengan adanya pandangan seperti itu, minat dan keinginan siswa untuk mempelajari bahasa Indonesia menurun. Rendahnya minat dan keinginan siswa berakibat pada keseriusan mereka dalam belajar bahasa Indonesia. Lalu, tidak sedikit pula masyarakat kita yang lebih bangga menggunakan bahasa asing dan kurang mencintai bahasa Indonesia.

Tak terkecuali pula para pejabat negara lebih gemar dan ikut-ikutan memakai bahasa asing. Contohnya dalam pidato yang bersifat resmi saja banyak sekali kita temukan pejabat yang menggunkan istilah asing, padahal istilah itu sudah mempunyai padanan dalam bahasa Indonesia. Jargon “aku bangga berbahasa Indonesia” hanya untuk pemanis bibir alias “bertanam tebu di bibir.”

Namun, dalam penerapannya sering terlupakan. Gaya pejabat yang lebih bangga menggunakan bahasa asing ini ikut berpengaruh bagi siswa atau kaum muda. Mereka akan membuat sebuah perbandingan, pejabat negara saja lebih menyukai bahasa asing. Hal inilah yang harus disadari sepenuhnya agar kita semua memberikan contoh teladan dalam penggunaan bahasa Indonesia, jika memang ingin memajukan bahasa Indonesia.

http://aceh.tribunnews.com/2013/09/29/memajukan-bahasa-indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar