Senin, 12 Mei 2014

Bahasa Inggris dan Pengaruhnya Terhadap Kurikulum Pendidikan di Indonesia

* Oleh: Fahrawaty
Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan
Kebutuhan masyarakat dunia akan penguasaan bahasa Inggris semakin pesat. Bahkan di beberapa negara, bahasa Inggris dijadikan sebagai bahasa kedua setelah bahasa nasional. Di negara lain, bahasa ini digunakan sebagai bahasa nasional mengingat heterogenitas suku dan bangsa penduduknya dan bahasa Inggris dianggap sebagai satu-satunya alat pemersatu bangsa. Kachru dan Nelson (2011) membagi negara pengguna bahasa Inggris ke dalam tiga kategori.
Pertama, negara yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa ibu seperti Inggris, Canada, Australia, New Zealand, dan Amerika Serikat (Inner Circle Countries). Kedua, adalah negara yang memiliki sejarah institusional Inggris sehingga bahasa ini memegang peranan penting terutama dalam bidang pendidikan, pemerintahan, kesusastraan, dan kebudayaan popular. Negara ini termasuk Nigeria, Singapura, dan India (Outer Circle Countries). Ketiga adalah negara yang menggunakan bahasa Inggris untuk berbagai kepentingan namun tidak menjadikannya sebagai bahasa dominan dalam komunikasi sehari-hari (Expanding Circle Countries). Indonesia, Rusia, dan China adalah negara yang termasuk dalam kategori ini.
Dalam tulisannya, McKay (2003) menyatakan bahwa popularitas bahasa Inggris sesungguhnya bukan semata-mata usaha negara kategori pertama (inner circle countries) untuk menyebarkan bahasa mereka namun lebih kepada kesadaran masayarakat dunia akan pentingnya penguasaan bahasa Inggris. Tidak dapat dipungkiri bahwa secara global, berbagai informasi dunia tertuang dalam bahasa Inggris sehingga untuk mengaksesnya, masyarakat harus memiliki penguasaan tersendiri akan bahasa tersebut.
Penyebaran bahasa Inggris juga turut dipengaruhi perpindahan penduduk dari kategori outer circle countries dan expanding circle countries ke inner circle countries. Perpindahan ini sebagian besar disebabkan oleh kepentingan pekerjaan, pendidikan maupun pencarian suaka politik. Penduduk baru tersebut kemudian berusaha semaksimal mungkin untuk mampu berkomunikasi dalam bahasa setempat sehingga mereka dapat bertahan hidup di tempat mereka yang baru. Bahasa tersebut dapat dikuasai dengan bebagai cara antara lain melalui kursus dan interaksi intensif dengan penduduk setempat sehingga penguasaannya berangsur-angsur meningkat.
Idealnya perkembangan suatu bahasa diikuti oleh peningkatan jumlah penutur aslinya. Namun tidak demikian dengan bahasa Inggris. Seiring perkembangannya, bahasa ini telah digunakan secara global dan sebagian besar penuturnya berasal dari kategori outer dan expanding circle countries. Bahkan, Graddol (2011) memprediksikan bahwa 50 tahun ke depan, akan ada sekitar 462 juta orang yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua yang berarti bahwa jumlah penutur asli akan telampaui  oleh jumlah penutur bahasa Inggris sebagai bahasa kedua atau bahasa asing.
Mengapa Memilih Bahasa Inggris?
Sejumlah pertanyaan pun kemudian muncul seiring meningkatnya kebutuhan akan penguasaan bahasa Inggris. Mengapa Bahasa Inggris dijadikan sebagai salah satu mata pelajaran wajib di hampir setiap jenjang pendiddikan di Indonesia? Mengapa pemerintah memilih bahasa ini? Mengapa bukan bahasa Belanda tidak sepopuler bahasa Inggris, padahal bangsa Indonesia pernah menjadi bagian dari daerah jajahan Belanda?
Dardjowidjojo (2000) menjelaskan bahwa bahasa Belanda tidak dicantumkan dalam kurikulum mengingat sejarah kelam yang pernah dialami oleh bangsa Indonesia. Bahasa ini juga tidak memiliki status yang cukup kuat untuk dijadikan sebagai bahasa internasional. Dilihat dari aspek komunikasi internasional pun, bahasa Belanda belum cukup kuat menancapkan pengaruhnya sehingga semua kalangan merasa membutuhkannya dalam berinteraksi.
Keputusan pemerintah menetapkan bahasa Inggris sebagai salah satu mata pelajaran di berbagai jenjang pendidikan sangat beralasan demi mempersiapkan generasi Indonesia untuk bersaing secara global. Alwasilah (2001) menyatakan bahwa bahasa Inggris seharusnya menjadi bagian dari kurikulum karena bahasa ini merupakan penunjang perkembangan generasi Indonesia. Bagaimana mereka mampu berinteraksi secara luas jika tidak ditunjang dengan kemampuan berbahasa internasional yang baik? Tsui dan Tollefson (2007) menambahkan bahwa jika ingin mengakses ilmu pengetahuan dan teknologi, maka mau tidak mau seseorang harus memiliki pemahaman tentang penggunaan bahasa Inggris.
Begitu kuatnya pengaruh bahasa Inggris sehingga seorang pakar bahasa bernama Phillipson (1997) menyebutnya dengan linguistic imperialism atau imperialism linguistik. Phillipson menggambarkan bahwa dimasa setelah pendudukannya di berbagai negara, Inggris masih tetap giat menancapkan pengaruhnya dari aspek kebahasaan.
Bahkan bahasa ini menjadi semacam industri yang membuat masyarakat luas merasa membutuhkannya. Sumber-sumber informasi dalam berbagai media tertuang dalam bahasa Inggris, demikian juga hubungan internasional yang dihantarkan dalam bahasa ini. Kachru (1986) mengibaratkannya sebagai lampu Aladdin yang berarti ketika seseorang telah menguasainya maka saat itu pula dia dapat memasuki gerbang bisnis, teknologi, dan pengetahuan.
Beberapa waktu lalu, masyarakat Indonesia mempelajari bahasa Inggris karena bahasa ini merupakan salah satu mata pelajaran wajib bagi pelajar sehingga mau tidak mau mereka harus mengikuti pembelajaran tersebut. Seiring pergeseran waktu dan kebutuhan akan informasi, baik pelajar maupun masyarakat luas menjadikan bahasa Inggris sebagai suatu kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. Misalnya, sebahagian instansi pemerintah/perusahaan swasta menjadikan penguasaan bahasa Inggris sebagai salah satu prasyarat dalam perekrutan karyawan/karyawati.
Untuk memenuhi persyaratan tersebut, calon karyawan/karyawati mau tidak mau harus mempersiapkan diri sedini mungkin sehingga dapat menduduki posisi yang dipersyaratkan. Contoh lain adalah penerimaan mahasiswa/mahasiswa pada perguruan tinggi di luar negeri yang tidak memberikan ruang sama sekali kepada calon yang tidak memiliki penguasaan bahasa Inggris yang memadai. Hal ini ditandai dengan prasyarat hasil tes tertentu (TOEFL, IELTS, dan lain-lain) sebagai dasar pertimbangan bagi universitas untuk menerima calon. Selanjutnya disusul dengan persyaratan lain yang tidak terlepas dari penguasaan bahasa Inggris disamping kompetensi lainnya.
Tren ini semakin dipersubur dengan menjamurnya lembaga kursus bahasa asing yang kini telah menjangkau daerah pelosok di Indonesia. Keberadaan lembaga ini sangat membantu masyarakat yang ingin memperkuat penguasaan bahasa asing mereka. Sekolah bukan lagi satu-satunya wadah bagi pelajar untuk mengakses bahasa Inggris. Sekolah dianggap belum maksimal dalam mengaktifkan kemampuan berbahasa asing pelajar sehingga untuk mensupport mereka diperlukan wadah lain di luar sekolah yakni lembaga kursus dan sejenisnya.
Dengan memperkenalkan bahasa Inggris sedini mungkin, diharapkan generasi masa datang dapat turut memiliki andil dalam persaingan global. Hasil penelitian Dardjowidjojo (2000) menunjukkan bahwa bahasa Inggris dipelajari oleh lebih dari 13 juta pelajar di Indonesia. Jumlah ini akan terus meningkat seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat akan bahasa ini, bahkan hasil penelitian Crystal (1997) menunjukkan lebih dari 100 negara yang menggunakan bahasa Inggris dalam kurikulum pembelajarannya.
Kurikulum Bahasa Inggris di Indonesia
Pada tahun 1967, Bahasa Inggris ditetapkan sebagai bahasa asing yang diajarkan pada tingkat sekolah menengah pertama hingga sekolah menengah atas dengan tujuan memberikan peluang kepada peserta didik untuk mengakses ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperkuat hubungan internasional bangsa. Namun dalam implementasinya, pembelajaran lebih dititikberatkan pada kemampuan membaca dibanding kemampuan lainnya yakni menyimak, berbicara, dan menulis. (Nur, dalam Kam dan Wong, 2004).
Selanjutnya pada tahun 1984, pendekatan komunikatif (communicative approach) diperkenalkan dengan mengadopsi pendekatan pada Communicative Language Teaching (CLT). Materi membaca masih tetap menjadi fokus pembelajaran ditunjang dengan kemampuan tata bahasa Inggris. Beberapa pakar memandangnya kurang efektif karena kedua unsur tersebut tidak cukup kuat dalam memaksimalkan kemampuan komunikasi verbal peserta didik.
Masalah lain muncul karena masih ada di antara guru-guru yang tidak memiliki pengetahuan memadai tentang CLT sehingga mereka mengalami kesulitan dalam menerapkannya. Kurikulum ini kemudian diperbaharui dengan mengenalkan kurikulum berbasis makna (meaning-based curriculum) pada tahun 1994. Jazadi (1994) mempermasalahkan ketidaksesuaian antara materi pembelajaran, harapan peserta didik, dan pemahaman guru akan kurikulum yang diterapkan. Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah minimnya materi terkait pengalaman dan pengetahuan awal peserta didik sehingga mereka mengalami kesulitan dalam mengekspresikan ide-ide mereka. Pemerintah kemudian memutuskan untuk kembali merevisi kurikulum ini sebagaimana kurikulum sebelumnya.
Sebagai bagian dari proses pembaharuan pendidikan, pemerintah mengenalkan kurikulum berbasis kompetensi (Competence-Based Curriculum) atau biasa disebut kurikulum 2004. Kurikulum ini memuat berbagai materi pembelajaran autentik yang diadopsi dari kebudayaan bahasa target (bahasa Inggris) dengan tujuan agar peserta didik memiliki pengetahuan yang cukup tentang negara dan kebudayaan penutur bahasa Inggris asli. Hal ini cukup menyulitkan guru dan peserta didik dalam memahami materi karena kurangnya pemahaman akan negara target dan kebudayaannya.
Dalam rangka memperbaharui kurikulum 2004, kurikulum berbasis sekolah (school-based curriculum) selanjutnya diperkenalkan pada tahun 2006 dengan kebijakan bahwa masing-masing satuan pendidikan untuk mendesain materi pembelajarannya sendiri sesuai dengan kondisi nyata satuan pendidikan. Namun tidak semua satuan pendidikan memiliki kesiapan yang sama sehingga kurikulum ini tidak terlaksana secara serentak. Kurikulum tersebut menganut pembelajaran berbasis kontekstual (Contextual Teaching-Learning) yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membangun pengetahuan sendiri sesuai dengan apa yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk menyempurnakan kurikulum tersebut di atas, pemerintah kembali melakukan perubahan dengan mengimplementasikan Kurikulum 2013. Kurikulum ini lebih menekankan pada pendekatan ilmiah (Scientific Learning) dengan model pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning), pembelajaran berbasis penemuan (discovery learning), dan pembelajaran berbasis proyek (project-based learning). Secara garis besar, materi pembelajaran bahasa Inggris ditekankan pada kompetensi berbahasa sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan dan pengetahuan.
Siswa dibiasakan membaca dan memahami makna teks serta meringkas dan menyajikan ulang dengan bahasa sendiri. Siswa dibiasakan menyusun teks yang sistematis, logis, dan efektif melalui latihan-latihan penyusunan teks, siswa dikenalkan dengan aturan-aturan teks yang sesuai sehingga tidak rancu dalam proses penyusunan teks (sesuai dengan situasi dan kondisi: siapa, apa, dimana), dan siswa dibiasakan untuk dapat mengekspresikan dirinya dan pengetahuannya dengan bahasa yang meyakinkan secara spontan. (Pedoman Diklat Kurikulum 2013, 2013).
Implikasi Bahasa Internasional Terhadap Kurikulum
Sebagai bahasa internasional, bahasa Inggris tidak lagi dimiliki sepenuhnya oleh penutur asli (inner circle countries), tapi telah dimiliki oleh komunitas yang lebih luar mencakup penutur bahasa Inggris sebagai bahasa kedua atau sebagai bahasa asing. Smith (dalam McKay,2003) memaparkan tiga konsep mendasar bahasa Inggris sebagai bahasa internasional dalam pembelajaran, yakni pebelajar tidak berkewajiban untuk mengadopsi kebudayaan penutur asli bahasa Inggris, bahasa Inggris telah dimiliki oleh semua kalangan dan tidak terbatas pada penutur asli bahasa Inggris, dan tujuan pembelajaran bahasa Inggris adalah memampukan pebelajar mengomunikasikan ide-ide dan kebudayaan mereka kepada orang lain.
Konsep tersebut diatas kemudian menjadi bahan pertimbangan bagi para pemangku kepentingan dalam memformulasikan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan pebelajar termasuk di Indonesia. Jazadi (2000). Kurikulum 2006 merupakan langkah awal dalam mengimplementasikan bahasa Inggris sebagai bahasa internasional. Hal ini dapat dilihat pada penyajian materi pembelajaran kontekstual sesuai dengan pengalaman nyata peserta didik dan tidak lagi sepenuhnya mengadopsi materi dan budaya dari negara bahasa target.  Kirkpatrick (2002) menegaskan bahwa bangsa Indonesia tidak membutuhkan kurikulum yang menuntut mereka memahami kebudayaan penutur asli tapi lebih kepada pemahaman akan kebudayaan mereka sendiri sehingga nantinya mereka dapat mempromosikan budayanya secara global.
Melihat materi pembelajaran bahasa Inggris pada kurikulum 2013, bahasa Inggris sebagai bahasa internasional sudah tercantum didalamnya dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik mengekspresikan gagasan mereka secara spontan sesuai dengan pengalaman nyata mereka sehari-hari, tingkat kesulitan materi sudah disesuaikan dengan perkembangan peserta didik, pembelajaran berpusat pada peserta didik dan guru bertindak sebagai fasilitator, serta materi pembelajaran memuat budaya lokal Indonesia yang beraneka ragam.
Perkembangan bahasa Inggris sebagai bahasa internasional telah berkontribusi dalam pengembangan kurikulum pembelajaran bahasa Inggris dengan tidak mengorientasikan pembelajaran pada budaya bahasa target semata akan tetapi turut memberikan keleluasaan bagi pebelajar untuk memahami budayanya sendiri serta menggunakan bahasa Inggris tidak hanya untuk berinteraksi dengan penutur asli bahasa Inggris (inner circle coutries) akan tetapi dapat pula berinteraksi dengan nonpenutur bahasa Inggris asli (outer circle countries dan expanding circle countries). (*)

http://makassar.tribunnews.com/2014/02/19/pengaruh-bahasa-inggris-terhadap-kurikulum-pendidikan

Bahasa Asing Itu Poin Lebih


TRIBUN-MEDAN.co
m - Setelah dua tahun beruntun hanya menjadi juara harapan dan runner up, Rinnah Wiyono tahun ini berhasil memenangi English Speech Competition tingkat Sumut. Ini memang belum jadi pencapaian puncak. Tapi Rinnah tetap berbangga karena kerja kerasnya sejak kecil paling tidak sudah berbuah hasil.

DARA kelahiran Medan, 20 Desember 1993 ini memang sudah mempelajari bahasa Inggris sejak masih duduk di bangku sekolah dasar. Lebih menakjubkan lagi, ternyata kemampuannya ini didapat pada awalnya bukan lewat jalur akademik. Sebaliknya, Rinnah, mempelajarinya secara otodidak. Yakni dengan rajin membuka-buka buku cerita berbahasa Inggris yang penuh warna.

"Pertama tertarik memang karena gambarnya. Setelah tahu, aku jatuh kagum pada kata-katanya dan terus berusaha menambah ragam kosa kata. Sekarang aku makin sadar betapa bahasa asing, khususnya Inggris, menjadi poin lebih. Misalnya waktu kita nanti melamar pekerjaan. Bisa bahasa Inggris bukan lagi hal yang sangat luar biasa," katanya saat ditemui di ruang sekolahnya, SMA Yayasan Brigjen Katamso, Jl Katamso, Medan, pekan lalu.

Faktor lain yang mendorong Rinnah makin mencintai bahasa Inggris adalah gurunya di SMP dulu. Cara pengajaran sang guru memberikan materi pelajaran, juga motivasi-motivasinya, kian membuat Rinnah bersemangat memperdalam kemampiannya. "Sekarang untuk bahasa Inggris sudah relatif lancarlah. Aku mau mempelajari bahasa yang lain. Jepang, Perancis, dan Jerman sepertinya menarik," kata putri pasangan Jeremy Wiyono dan dan Lea ini.

biofile

Nama: Rinnah Wiyono
Lahir: Medan, 20 Desember 1993
Hobi: baca
Ayah/Ibu: Jeremy Wiyono/Lea
Keluarga: Bungsu tiga bersaudara
Prestasi:
- Juara 1 English Speech Competition (2011)
- Juara 2 English Speech Competition (2010)
- Juara Harapan 2 English Speech Competition (2009)

http://medan.tribunnews.com/2011/07/05/bahasa-asing-itu-poin-lebih?

Banyak Sopir Angkutan Wisata yang Belum Menguasai Bahasa Asing

SURYA Online, MALANG - Pengamat wisata Kota Malang menilai para pengemudi supir angkutan wisata banyak yang bermasalah dikomunikasi ketika memberikan pelayanan kepada wisatawan. Untuk itu, saya mendorong kepada para perusahaan angkutan wisata bisa memberikan pengetahuan kepada supirnya.

A.Faidlal Rahman, SE.Par., M.Sc, dosen pendidikan vokasi bidang pariwisata dan perhotelan, Universitas Brawijaya mengatakan,  banyak para supir taksi yang kurang fasih menggunakan bahasa inggris, sehinga kurang bisa memberikan informasi lebih tentang Kota Malang.

"Para supir itu mempunyai fungsi ganda yang juga sebagai guide bagi para penumpangnya, jadi harus menguasai bahasa" ujar Faidlal, Selasa (11/9/2012).

Menurutnya, pendidikan yang terbatas yang dimiliki oleh supir bukan menjadi alasan. Karena para supir bisa ditraining oleh perusahaan.

Selain masalah bahasa, Juga masalah interior kendaraan. Menurut Faidlal, masih banyak taksi dan kendaraan wisata lainnya yang kurang merawat interior kendaraannya. Padahal, yang menjadi pertimbangan para wisatawan adalah kenyamanannya juga.

"Masih sering kami lihat, beberap taksi sudah rusak kacanya, juga tidak ada lagi pengharum ruangan, pokoknya kurang nyaman," ujarnya.

Untuk itu, Ia berharap Pemkot memperhatikan masalah ini, meskipun Kota Malang hanya manjadi transit saja.

Ia berharap, Pemkot Malang bisa memisahkan dan menyediakan angkutan khusus pariwisata. Sehingga, angkutan yang dikhusukan untuk pariwisata bisa memberikan pelayanan yang maksimal.

"Kan sangat sayang jika kita sudah mempunyai obyek wisata yang dijual, tapi pelayanannya kurang maksimal," katanya.
Hariadi, Salah satu sopir taksi citra juga mengakui kesulitan untuk melayani dengan menggunakan bahasa asing.

"Kami punya dasar bahasa Inggris pas-pasan, sebatas bisa tanya mau kemana dan menjawab jika mereka tanya harga dan komplain," kata Hariadi.

Menurutnya, jika tidak bisa mengeluarkan kosa kata bahasa Inggris, ia memilih menggunakan isyarat yang bisa memahamkan si penanya.

Sementara, untuk masalah obyek wisata, ia mengaku sebisa mungkin mengantarkan penumpang sampai tujuan. "Kalau saya tidak tahu, saya bisa tanya ke bagian informasi. Jadi tidak akan jadi masalah," tegas lelaki yang sudah dua tahun menjadi sopir ini.

Jiono, Driver Splendid Inn juga mengatakan hal yang serupa terkait masalah bahasa. "Saya paling kesulitan jika tamu menggunakan bahasa Prancis," katanya.


http://surabaya.tribunnews.com/2012/09/11/banyak-sopir-angkutan-wisata-yang-belum-menguasai-bahasa-asing

Memajukan Bahasa Indonesia



Oleh Arbai,  Guru SMPN 1 Kluet Timur, Aceh Selatan Mahasiswa Penerima Beasiswa S2 Kemdikbud di MM UGM, Yogyakarta

DI tengah peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang jatuh pada 2 Mei tiap tahunnya, ada momen besar lainnya yang “terabaikan,” yaitu hari kelahiran bahasa Indonesia. Menurut Profesor linguistik UI, Harimurti Kridalaksana, tanggal 2 Mei itu juga adalah hari kelahiran bahasa Indonesia, karena sebelum diadakan kongres pemuda kedua pada 28 Oktober 1928, didahului kongres pemuda pertama pada tanggal 2 Mei 1926 yang diwarnai perdebatan tentang bahasa Melajoe sebagai bahasa persatuan.

Pada saat kongres pemuda pertama ikrar pemuda berbunyi, “Kami poetra-poetri Indonesia mengakoe bertumpah darah satoe, tanah air Indonesia. Kami poetra-poetri Indonesia mengakoe berbangsa satoe, bangsa Indonesia. Kami poetra-poetri Indonesia menjoenjoeng bahasa persatuan, bahasa melajoe”, digagas oleh M Yamin. Dua poin pernyataan pertama disetujui oleh anggota yang hadir. Namun, untuk poin pernyataan ketiga tentang bahasa melajoe, mendapat tantangan dari peserta yang hadir, yaitu Mohamad Tabrani.

Menurutnya kalau sudah menetapkan persatuan bangsa, tidak perlu lagi berpaling pada bahasa daerah, dan harus berani pula memutuskan bahasa persatuan bangsa yang mestinya bernama Indonesia. Sehingga pada akhirnya kongres pemuda kedua tidak ada lagi penyebutan bahasa Melajoe. Banyak dari kita tidak tahu tentang sejarah lahir bahasa Indonesia ini. Tokoh para pendahulu kita menyadari betul akan pentingnya bahasa yang bisa mempersatukan keragaman suku, ras, daerah, agama dan lain-lainnya dalam satu ikatan persatuan, yaitu bahasa Indonesia.

Patut juga kita syukuri, para pendiri bangsa mempunyai visi yang begitu jauh ke depan, melebihi zamannya. Mereka tidak menonjolkan sifat kedaerahannya. Kalau misalnya saja setiapmereka menonjolkan bahasa daerahnya masingmasing,  maka tidak akan tercapai bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Selanjutnya, bahasa Indonesia ini telah mempererat, dan menjadi penyangga berdirinya negara Indonesia.

Juga memelihara kekokohan dan persatuan. Namun, dewasa ini penghargaan terhadap bahasa Indonesia mulai luntur, seiring dengan derasnya arus globalisasi. Tak bisa dimungkiri pula para siswa-siswa kita yang saat ini duduk di bangku sekolah ikut juga terkena imbasnya. Indaktornya bisa kita lihat dari hasil Ujian Nasional (UN) tingkat SMA/K setiap tahunnya.

Nilai bahasa Indonesia masih saja di bawah nilai pelajaran lainnya. Yang lebih ironis lagi, nilai bahasa Indonesia siswa jurusan IPS dan IPA lebih tinggi daripada nilai siswa jurusan bahasa. Misalnya saja hasil UN tahun 2012 menunjukkan bahwa 25 persen siswa jurusan bahasa yang tidak lulus mata pelajaran bahasa Indonesia. Sedangkan siswa jurusan IPS yang tidak lulus mata pelajaran ini hanya 19 persen dan siswa IPA hanya 12 persen.

 Rendahnya nilai bahasa Indonesia juga menunjukkan bahwa bahasa Indonesia kalah pamor atau kalah kelas dengan mata pelajaran lainnya. Dengan adanya pandangan seperti itu, minat dan keinginan siswa untuk mempelajari bahasa Indonesia menurun. Rendahnya minat dan keinginan siswa berakibat pada keseriusan mereka dalam belajar bahasa Indonesia. Lalu, tidak sedikit pula masyarakat kita yang lebih bangga menggunakan bahasa asing dan kurang mencintai bahasa Indonesia.

Tak terkecuali pula para pejabat negara lebih gemar dan ikut-ikutan memakai bahasa asing. Contohnya dalam pidato yang bersifat resmi saja banyak sekali kita temukan pejabat yang menggunkan istilah asing, padahal istilah itu sudah mempunyai padanan dalam bahasa Indonesia. Jargon “aku bangga berbahasa Indonesia” hanya untuk pemanis bibir alias “bertanam tebu di bibir.”

Namun, dalam penerapannya sering terlupakan. Gaya pejabat yang lebih bangga menggunakan bahasa asing ini ikut berpengaruh bagi siswa atau kaum muda. Mereka akan membuat sebuah perbandingan, pejabat negara saja lebih menyukai bahasa asing. Hal inilah yang harus disadari sepenuhnya agar kita semua memberikan contoh teladan dalam penggunaan bahasa Indonesia, jika memang ingin memajukan bahasa Indonesia.

http://aceh.tribunnews.com/2013/09/29/memajukan-bahasa-indonesia

Bahasa Asing Dianggap Lebih Bergengsi


BERTEMPAT  di Bumi Perkemahan Cibubur, Jakarta Timur, seribu peserta dari 33 provinsi di Indonesia mengikuti hajatan akbar Jambore Nasional Bahasa dan Satra.

Perhelatan ini diprakarsai Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Seluruh peserta dibagi secara acak dalam tiga kampung,yakni Nusa, Bangsa dan Bahasa. Agenda ini melibatkan para ahli bahasa dan sastra, di antranya Putu Wijaya, Sujiwotejo, DR. Mukjizah, Prof.Dr Amrin Saragih, DR.Fairul,DR. Ganjar Harimansyah, Prof.Dr.Cece Sobarna, Prof.Dr.Hanna.

Kegiatan yang berlangsung dari 28 November - 4 Desember ini dibuka secara resmi oleh Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Prof. Ir. Wiendu Nuryanti, Ph.D, (29/11).

Wiendu Nuryanti mengatakan, bahasa Indonesia memiliki peran strategis sebagai sarana pergaulan antarsuku bangsa, sekaligus sebagai pemersatu bangsa yang berbhinneka tunggal ika.

Namun, ia tetap mengingatkan, selain bahasa Indonesia, bahasa daerah tetap memiliki posisi dan peran yang sangat mendasar bagi kemajuan kebudayaan yang berkembang di setiap daerah.

Sastrawan Putu Wijaya mengatakan, kekayaan budaya daerah yang berwujud dalam bahasa merupakan kekuatan bagi generasi muda untuk menyongsong masa depan. "Ayo kita berjuang tiada henti untuk berkarya, karena dengan itulah, keragaman yang kita miliki tidak punah sia-sia", imbuhnya, saat mengisi diskusi bertema nasionalisme, dan penggalian nilai-nilai kearifan lokal.

Hal di atas menandai pentingnya keberadaan bahasa Indonesia, guna meneguhkan identitas bangsa dengan bahasa persatuan. Hal itu bukan tanpa alasan, ketahanan bahasa Indonesia saat ini sedang diuji dalam era globalisasi. Karena kecintaan generasi muda, termasuk pelajar dan mahasiswa, terhadap bahasa nasional menunjukkan grafik menurun.

Saya sependapat dengan penjelasan kepala Badan Pengembangan Bahasa, Agus Dharma, bisa jadi karena nilai-nilai bahasa dan sastra kurang digali, dan disaat yang bersamaan, bahasa asing dianggap lebih bergengsi.

Apalagi, pada pelaksanaan ujian nasional SMP/SMA, kegagalan ujian bahasa Indonesia mencapai 30 persen. Sebaliknya, kegagalan di ujian bahasa Inggris berkisar 5 persen. Di samping itu, hasil pantauan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa terkait indek sikap positif masyarakat terhadap bahasa Indonesia,terutama di kalangan anak-muda hanya 1,4 dari skala 5 (29/11).

Bagaimana denga para pejabat di negeri ini, baik di level eksekutif, legislatif, maupun yudikatif. Hemat saya, mereka juga ketularan penyakit sok-Inggris. Dalam hal ini, Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 16 Tahun 2010 tentang Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Pidato Resmi Presiden dan/atau Wakil Presiden serta Pejabat Negara Lainnya mengharuskan untuk menggunakan bahasa Indonesia di dalam atau di luar negeri.

Nah, saat ini tinggal menunggu terbitnya peraturan Pemerintah (PP) turunan dari Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009. PP itu akan melahirkan perpres, dan kemudian peraturan menteri (permen) tentang pedoman penggunaan bahasa Indonesia.

Di samping itu, faktor lain yang patut dilirik adalah, penyampaian pelajaran bahasa Indonesia di
jenjang pendidikan formal yang tidak berorientasi maju karena lebih mementingkan target pencapaian nilai semata. Padahal, akan lebih baik jika para siswa diberi waktu untuk berdiskusi, berdebat, dan berkreasi dalam menulis serta membaca.

Dengan demikian, hasil pleno yang dibacakan pada malam puncak Jambore, buah karya dari diskusi tiga kampung (Nusa, Bangsa dan Bahasa), dengan melibatkan para ahli bahasa dan sastra, dalam istilah saya, merupakan bentuk Piagam Cibubur, yang pada dasarnya kembali mempertegas nasionalisme kebangsaaan melalui bahasa Indonesia.

Diakui penyelenggara, agenda berskala nasional ini baru pertama kali diadakan, sehingga terdapat kekurangan. Ambil misal, kehadiran peserta yang berkebutuhan khusus. Di satu sisi ini merupakan terobosan yang patut diacungi jempol, tetapi di lain sisi, jika tidak disiapi secara maksimal, baik persoalan ruang aktualisasi maupun kemudahan (fasilitas) selama kegiatan, maka keberadaan mereka sekedar pelengkap. Ke depan, kiranya kehadiran mereka bisa diwujudkan dalam berbagai macam ruang aktualisasi.

Terlepas dari kendala di atas, secara umum kegiatan ini bergizi tinggi. Dalam hal ini, kontingen Jambi, sebagaimana provinsi lain, mendapat kehormatan menampilkan keterampilan di bidang bahasa dan sastra, terkait kearifan lokal Jambi melalui medium Baca Puisi, Berbalas Pantun, Monolog, Baca Cerita Rakyat, dan Menyanyikan Lagu Daerah.

Hampir sepekan bermukim di tenda sederhana, tampaknya butir ketiga dari Sumpah Pemuda betul-betul mempertemukan seribu peserta Jambore yang berasal dari beragam daerah, yang sudah barang tentu bermacam pula latar belakang budaya, dan di saat yang sama, peserta mengukuhkan tekad bersama: Satukan Bangsa dengan Bahasa!.


http://jambi.tribunnews.com/2011/12/08/bahasa-asing-dianggap-lebih-bergengsi

Bulan Juni, Nama Bangunan Pakai Bahasa Asing akan Dicabut Izinnya


BANGKAPOS.COM, BANGKA --
Dengan akan diterapkannya Rancangan Peraturan Presiden tentang penggunaan bahasa, maka bagi bangunan yang tidak menerapkan nama bangunanya dengan bahasa Indonesia maka izinnya bisa dicabut.

"Apabila pejabat pemerintah yang melanggar penggunaannya, maka bisa dilakukan sanksi berupa teguran," ungkap Ketua Tim Penyusun Rancangan UU Nomor: 24 Tahun 2009 dan Rancangan Peraturan Presiden, mengenai pendidikan di Badan Penelitian dan Pengembangan Kemendiknas, ditemui Bangkapos.com, Selasa (10/05/2011).

Jadi jelas Ibrahim, bahwa dengan ada perpres bukannya penghapusan tapi penguunaan nama-nama yang bukan menggunakan bahasa Indonesia.

Adapun Rancangan Perpres tersebut menurut Ibrahim akan berlaku bulan Juni 2011.

Karena kata Ibrahim, tersebut harus berlaku dalam waktu dua tahun semua sudah siap. Baik itu mengenai peraturan UU Nomor: 24 tahun 2009 termasuk Perpres dan Peraturan Pemrintah tentang Pembinaan, Pengembangan dan Perlindungan bahasa dan sastra.

Ibrahim mengatakan dengan UU ini sangat tegas sesuai dengan sumpah pemuda satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa harus selalu dijaga. Karena kalau tidak, generasi yang akan datang itu yang menanggung dosa bila tidak ada pengaturan perundang-undangan yang menggunakan bahasa indonesia sebagai jati diri bangsa.

"Mulai sekarang menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar," jelasnya.


http://bangka.tribunnews.com/2011/05/10/bulan-juni-nama-bangunan-pakai-bahasa-asing-akan-dicabut-izinnya

10 Bahasa Asing Ini Perlu Kita Pelajari


Belajar bahasa asing kini menjadi tren tersendiri di Indonesia. Tak cukup hanya menguasai bahasa Inggris saja, banyak orang, dari anak-anak hingga dewasa mulai membekali diri dengan bahasa asing lain.
Hasil survei yang dilakukan oleh CBI Education & Skills Survey 2012 terkait bahasa yang berguna untuk dipelajari. Berikut 10 bahasa yang patut dipilih:
1. Jerman. Di urutan pertama, tentu saja ada bahasa Jerman. Bahasa ini menjadi sangat penting karena banyaknya pelajar maupun mahasiswa yang memilih untuk belajar di negara ini. Selain biaya pendidikan yang murah, suasana beberapa kota yang ada di Jerman ini cukup mendukung.
2. Bahasa Perancis. Untuk bahasa yang satu ini tak perlu ditanya lagi, banyak orang kini memilih bahasa Perancis sebagai bahasa asing lain yang wajib dikuasai selain bahasa Inggris. Untuk melanjutkan studi di negara ini, kemampuan bahasa Perancis yang dimiliki harus memiliki level yang mumpuni, bahkan jika memungkinkan setara dengan penutur asli.
3. Bahasa Spanyol. Bahasa yang satu ini tentu saja cukup populer di benua biru maupun di negeri Paman Sam. Bahkan, tak sedikit universitas di Eropa maupun Amerika yang memasukkan kemampuan bahasa Spanyol dalam persyaratan masuknya. Tak hanya sekadar bisa, calon mahasiswa harus mengantongi sertifikasi kemampuan berbahasa spanyol yang diakui secara internasional yaitu DELE.
4. Bahasa Mandarin. Bahasa resmi yang digunakan oleh sebagian besar masyarakat daratan China ini memang menjadi salah satu bahasa yang penting untuk dipelajari. Biasanya, untuk sekolah-sekolah tertentu tak hanya mengajarkan bahasa Inggris saja tapi juga melengkapinya dengan bahasa Mandarin.
5. Bahasa Polandia. Tentu tak pernah terbayangkan untuk mempelajari bahasa ini. Namun, sebagai salah satu negara yang tergabung dalam Uni Eropa ini, bahasa Polandia mulai menjadi bahasa yang patut dipelajari. Pasalnya, makin banyak mahasiswa asing yang kini berdatangan untuk menuntut ilmu ke negara ini.
6. Bahasa Arab. Tak ada yang menyangkal pentingnya belajar bahasa Arab terutama untuk orang Indonesia. Tidak sekadar berguna untuk memperdalam ilmu agama, bahasa Arab ini juga berfungsi sebagai alat komunikasi untuk berdagang dan mengembangkan perekonomian.
7. Bahasa Kanton. Umumnya bahasa ini kerap digunakan di Hongkong. Namun orang-orang berbahasa kanton ini menyebar di berbagai belahan dunia dan kini tercata ada sekitar 70 juta penutur asli bahasa ini.
8. Bahasa Rusia. Siapa yang menyangka jika bahasa yang tampak rumit dengan bentuk huruf cyrillic-nya ini menjadi salah satu bahasa yang patut dipelajari di era modern ini. Dari segi pendidikan negara ini juga mulai menjadi sasaran mahasiswa yang ingin mengambil gelar master atau doktor.
9. Bahasa Jepang. Sudah bukan rahasia jika, Jepang berhasil menarik perhatian orang di dunia termasuk Indonesia melalui bombardir budaya Jepang baik dari penyanyi Jepang, komik Jepang hingga tren berpakaian. Terlepas dari tren dan budaya, bahasa Jepang ini dianggap penting karena perdagangan dan penelitian di Asia dipegang oleh negara sakura ini sehingga untuk berkomunikasi dengan masyarakatnya tentu harus mampu menguasai bahasa Jepang.
10. Bahasa Portugis. Bahasa portugis yang tidak hanya digunakan di Portugal tapi juga sebagian Amerika Latin ini mulai dilirik. Hal ini tentu saja berkaitan dengan salah satu negara Amerika Latin yaitu Brazil yang akan menggelar hajatan akbar Piala Dunia pada 2014 dan Olimpiade Musim Panas pada 2016.
telegraph.co.uk
 
 
http://wartakota.tribunnews.com/2013/04/18/10-bahasa-asing-ini-perlu-kita-pelajari

Menangkan Persaingan dengan Bahasa Asing


TRIBUN-MEDAN.com,  MEDAN
- Penguasaan bahasa asing seperti bahasa Inggris atau bahasa Jepang menjadi nilai plus untuk memenangkan persaingan. Sadar akan hal tersebut, Sekolah Tinggi Bahasa Asing (STBA) Harapan pun hadir untuk memenuhi kebutuhan akan sarjana lulusan bahasa asing seperti bahasa Inggris atau bahasa Jepang.

Ketua STBA Harapan, Djauzi Ilmi mengatakan, pihaknya berupaya untuk tetap mengikuti perkembangan pasar sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat dari sisi pendidikan. Hal ini disebabkan, perubahan komunikasi internasional yang mengharuskan manusia harus mengerti dan serta paham bahasa tertentu.

"Situasi inilah yang membuat kami berusaha membantu permintaan pasar akan lulusan bahasa asing yang siap pakai dan siap berkompetisi," kata Djauzi kepada Tribun Medan, di ruangannya, Kamis (14/7).

Hadir dengan dua program studi yakni Bahasa Inggris dan Bahasa Jepang, Djauzi mengatakan, lulusan STBA Harapan diyakini bisa mandiri dan matang ketika selesai kuliah. "Hal ini dikarenakan Bahasa Inggris dan Bahasa Jepang sangat dibutuhkan di dunia internasional," ujar Djauzi.

Dikatakan Djauzi, jika seseorang mahir Bahasa Inggris, kemungkinan besar dia akan mampu dan bisa hidup di negeri mana pun. Begitu juga dengan  Bahasa Jepang. Seseorang yang mampu berbahasa Jepang mempunyai peluang besar untuk bekerja di negeri Matahari Terbit tersebut. "Apalagi Jepang terkenal sebagai negara industri. Kebutuhan tenaga kerja asing juga tidak sedikit," kata Djauzi


http://medan.tribunnews.com/2011/07/16/menangkan-persaingan-dengan-bahasa-asing

Ketua MK: Pengantar Bahasa Asing Pengkhianatan Sumpah Pemuda

Palmerah, Wartakotalive.com
Seperti diketahui, MK mengabulkan permohonan uji materi Pasal 50 ayat 3 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas). Putusan tersebut terkait dengan penghapusan RSBI di Indonesia.
Ketua MK, Mahfud MD menyatakan, Pasal 50 ayat (3) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak memiliki kekuatan hukum yang mengikat. Dengan dibatalkannya pasal tersebut, maka RSBI harus dibubarkan.
"RSBI yang ada kembali menjadi sekolah biasa. Pungutan yang sebelumnya ada di RSBI juga harus dibatalkan," kata Mahfud.
Dikatakan Mahfud, dengan adanya RSBI membuka potensi lahirnya diskriminasi dan menyebabkan terjadinya kastanisasi (penggolongan) dalam bidang pendidikan. Karena selama ini hanya siswa dari keluarga mampu saja yang bisa bersekolah di RSBI.
Selain itu, penekanan bahasa Inggris bagi siswa di sekolah RSBI dianggap sebagai pengkhianatan terhadap Sumpah Pemuda tahun 1928 yang menyatakan berbahasa satu yaitu bahasa Indonesia. Oleh karena itu, seluruh sekolah di Indonesia harus menggunakan bahasa pengantar bahasa Indonesia.

http://wartakota.tribunnews.com/2013/01/09/ketua-mk-pengantar-bahasa-asing-pengkhianatan-sumpah-pemuda

3 Bahasa Asing Penunjang Karier

TRIBUN-MEDAN.com - Berencana mengembangkan karier di dunia internasional? Ke depannya diperkirakan ada tiga bahasa yang semakin populer, yakni Mandarin, Jepang dan Jerman.

Perubahan kepentingan suatu bahasa sangat dipengaruhi oleh seberapa penting arti perekenomian negara tersebut di mata dunia internasional.

Diprediksikan, China yang berpenduduk paling banyak di dunia, kelak menjadi negara yang menguasai perekonomian dunia, Jadi, jika Anda ingin memiliki daya jual tinggi di bursa tenaga kerja internasional, cobalah menguasai bahasa Mandarin.

Begitu pun bahasa Jepang yang tak kalah penting. Walau Jepang kini tak lagi menguasai perekonomian Asia, masih banyak perusahaan Jepang yang menanamkan investasinya di Indonesia.

Sedangkan Jerman, negara ini merajai teknologi di kawasan Eropa dan banyak membuka peluang kerja bagi WNI. Bahkan pemerintah Jerman juga dikenal royal menawarkan beasiswa untuk mahasiswa Indonesia.

http://medan.tribunnews.com/2012/04/11/3-bahasa-asing-penunjang-karier

Presiden Pun tak Boleh Gunakan Bahasa Asing


BANGKAPOS.COM, BANGKA -- Kepala Kantor Bahasa Pemprov Bangka Belitung, Umar Solikhan menegaskan, di luar negeri pun para pejabat termasuk presiden harus menggunakan bahasa Indonesia dalam menyampaikan pidato kenegaraan. "Tapi dengan konteks khusus menggunakan terjemahan," katanya, Rabu (9/11/2011).

Ia menjelaskan, hal itu menyusul telah dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 yang menyebutkan bila ada acara nasional dan internasional yang sifatnya resmi di Indonesia, wajib menggunakan bahasa Indonesia.

Di sisi lain, dia menilai, penggunaan bahasa Indonesia untuk pemerintahan di Bangka Belitung sudah cukup baik. "Hanya saja untuk pihak-pihak swasta masih banyak mengandung unsur-unsur asing. Namun disayangkan belum ada sanksi yang mengingat terhadap pelanggaraan ini," imbuhnya.

Umar menambahkan, "Sekarang masih dalam proses PP dan Perpresnya, kami tidak tahu apakah dicantumkan dengan sanksi atau tidak karena untuk sanksi ini sangat alot."

http://bangka.tribunnews.com/2011/11/09/presiden-pun-tak-boleh-gunakan-bahasa-asing

Hindari Penggunaan Bahasa Asing di Tempat Umum

Hal ini disampaikan Kepala Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, Dra. Yeyen Maryani, M.Hum dalam sambutannya pada Peresmian Kantor Unit Pelaksana Teknis (UPT) Bahasa Propinsi NTT di Hotel Cahaya Bapa 2-Oebufu, Kupang, Kamis (23/7/2009).

Hadir dalam acara tersebut, Plh. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi NTT, Drs. Johny Thedens, para guru Bahasa dan Sastra Indonesia serta para pemerhati Bahasa dan Sastra Indonesia.

"Penggunaan bahasa asing yang tidak pada tempatnya, misalnya pada pertemuan forum resmi atau tempat-tempat umum, perlu kita hindari karena tempat umum adalah simbol wajah Indonesia yang harus menampilkan ke-Indonesia-an, antara lain melalui pengutamaan penggunaan Bahasa Indonesia," jelasnya.

Dijelaskannya, kehidupan sastra tidak dapat dipisahkan dari penggunaan bahasa masyarakat pendukungnya. Sastra memiliki fungsi menumbuhkan rasa kenasionalan dan solidaritas kemanusiaan serta mempengaruhi proses pembentukan kepribadian dan kebangsaan masyarakat pendukungnya. 

Menurutnya, hal tersebut menjadi pertimbangan kerja sama kebahasaan dengan Pemerintah Propinsi NTT dan pemerintah propinsi lainnya di Indonesia sebagai langkah strategis untuk memantapkan kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, persatuan maupun bahasa negara.

Yeyen juga menyampaikan terima kasih kepada Pemerintah Propinsi NTT yang telah mendukung pendirian Kantor Pusat Bahasa di NTT.


Kepala Dinas (Kadis) Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi NTT, Ir. Ansgerius Takalapeta melalui Plh. Kadis Kebudayaan dan Pariwisata, Drs. Johny Thedens dalam sambutannya mengatakan, rencana pendirian Kantor  Bahasa sudah lama diwacanakan oleh pemerintah pusat melalui Pusat Bahasa Depdiknas, namun karena berbagai kendala dan kebijakan sehingga baru direalisasikan tahun ini.

"Kantor sementara UPT ini terletak di samping UPTD Bahasa, sedangkan pembangunan kantornya akan dilaksanakan pada tahun 2010 di samping Kantor PGRI dan PGSD Kupang," jelasnya.

Bantu polisi dan wartawan
Kepala Pusat Bahasa, Yeyen Maryani yang ditemui di sela-seala acara peresmian sekaligus seminar tentang Bahasa dan Sastra Indonesia mengatakan, sejauh ini di Indonesia sudah ada 30 kantor bahasa yang tersebar di berbagai propinsi di Indonesia. Dari jumlah tersebut, 17 di antaranya kantor balai dan 13 masih berstatu UPT Bahasa.  Kantor Bahasa di NTT merupakan kantor kedua dari generasi kedelapan pembangunan kantor-kantor.

Dijelaskannya, tugas dan fungsi kantor ini adalah melakukan pengkajian, penelitian, pengembangan dan pembinaan bahasa. Selain itu, kantor ini juga akan membantu petugas kepolisian, peneliti dan jurnalis dalam pengembagan penggunaan bahasa. "Di polisi biasanya meminta saksi ahli untuk kasus tertentu, nah itu kita sediakan," jelasnya.

Menurutnya, sementara ini kantor UPT Bahasa di Kupang dikepalai oleh Martin,M.Hum dan dibantu oleh beberapa staf yang didatangkan dari daerah lain. "Kemungkinan kita merekrut staf dan mungkin dari NTT untuk mengisi kantor kami. Di kantor ini harus ada tata usaha dan para ahli bahasa ini," jelasnya. (alf)
 

http://kupang.tribunnews.com/2009/07/24/hindari-penggunaan-bahasa-asing-di-tempat-umum

Targetnya Lulusan IAIN Jambi Kuasai Bahasa Asing


TRIBUNJAMBI.COM,JAMBI - Ketua Penjaminan Mutu IAIN STS Jambi Iskandar, menargetkan lulusan-lulusannya menguasai bahasa asing di tahun 2015 mendatang.
Kemudian para lulusan Strata Satu (S1) mampu berkarya untuk masyarakat sesuai dengan program studynya. Oleh karena itu rencana yang ditetapkan, dapat terwujud secara efektif untuk meningkatkan mutu dan pelayanan bagi civitas akademika nantinya. Dirinya yakin rencana ini akan terlaksana.
“Apabila ditemukan dalam soal pengurusan ijazah prosedur pengurusannya dua hari. Tapi, apabila dalam pelaksaanaanya ternyata tiga hari, berarti ini temuan dan harus segera dievaluasi,” katanya kepada Tribun, Senin (25/2).

http://jambi.tribunnews.com/2013/02/26/targetnya-lulusan-iain-jambi-kuasai-bahasa-asing

Buku Terasing di Negeri Sendiri Diterjemahkan ke Bahasa Asing

TRIBUNLAMPUNG.co.id - Meski belum selesai dicetak,minat publik untuk membaca buku yg diterbitkan oleh Indepth Publishing telah terasa. Manager Indepth Publishing Tri Purna Jaya mengungkapkan, buku yang ditulis Oki Hajiansyah wahab telah diminta untuk diterjemahkan kedalam bahasa Inggris dan Belanda.

"Indepth telah menyetujuinya dan menugaskan seorang penerjemah untuk menterjemahkan draft buku ini,untuk kemudian dibaca oleh kolega kami di Belanda sebagai profesional reader," ujar Tri dalam rilis tertulisnya, Rabu (6/6).

Indepth, tutur Tri, akan melibatkan penerjemah bernama Danilo Caspi yang menguasai bahasa Inggris dan Belanda. Untuk tahap awal, sambung Tri, Danilo akan menerjemahkan buku ke dalam  bahasa Inggris untuk selanjutnya dipasarkan di Eropa dalam bentuk e-book.

"Dia (Danilo) juga akan berusaha agar buku ini bisa diterbitkan dlm bahasa belanda, kata Tri. (Wakos)

http://lampung.tribunnews.com/2012/06/06/buku-terasing-di-negeri-sendiri-diterjemahkan-ke-bahasa-asing

Mencetak Dai yang Ahli Bahasa Asing

SUASANA sepi terlihat saat Serambi mengunjungi Dayah Terpadu Nurul Islam di Desa Rayeuk Kuta, Kecamatan Tanah Luas, Aceh Utara. Tak ada petugas di pos penjagaan dayah itu. Hanya seorang santri laki-laki sedang menyapu halaman dayah. Sebagian besar santri sedang libur. Hanya sebagian kecil yang bertahan di dayah.

Dayah itu didirikan 26 Oktober 1988 oleh Drs Tgk H Amri Ahmad. Saat itu, dunia pendidikan di kecamatan itu belum memadai. Karena semua fasilitas pendidikan terkonsentrasi di Kota Lhokseumawe. Konsepnya, pendidikan terpadu yaitu menggabungkan kurikulum dayah salafi dan modern. Tujuannya, agar santri yang lulus dari dayah itu menjadi kader dakwah (dai) dan fasih berbahasa asing.

“Kami ingin lulusan dayah ini bisa menjadi pendakwah yang cerdas, menguasai bahasa asing baik Arab dan Inggris guna menyampaikan ajaran Islam ke seluruh pelosok negeri,” ujar Ketua Pengembangan Lembaga Bahasa Asing Ruhul Islam, Muhammad Adam SPd, didampingi pengasuh asrama dayah itu, Tgk Mahdi Idris, kemarin.

Untuk mencapai target tersebut, menurutnya, fasilitas dayah pun dilengkapi. Sekarang, dayah itu memiliki laboratorium bahasa Arab, bahasa Inggris, komputer, laboratorium IPA, perpustakaan, dan kerajinan menjahit. Santri yang kini berjumlah 362 orang diasuh 46 guru yang umumnya alumnus Kulliyatul Mu’allimin Al Islamiyah (KMI) Gontor Ponorogo (Jawa Timur), Unsyiah, IAIN Ar-Raniry, dan sejumlah dayah salafi di Aceh.

Seluruh santri diwajibkan berbahasa Inggris dan Arab pada pagi hingga siang hari saat santri menimba ilmu di bangku SMP dan SMA di dayah itu. Setelah zuhur, mereka diwajibkan belajar bahasa asing. “Usai magrib sampai tengah malam, mereka belajar kitab kuning,” ujarnya. Ditambahkan, dayah itu terus berbenah dalam upaya mencetak pendakwah (dai) yang ahli bahasa asing* masriadi sambo


http://aceh.tribunnews.com/2011/08/16/mencetak-dai-yang-ahli-bahasa-asing

Bahasa Asing yang Ingin Dipelajari Perempuan

TRIBUN-MEDAN.com -  Setiap perempuan punya alasan dalam memilih bahasa asing yang ingin dipelajarinya, selain bahasa Inggris. Umumnya, negara yang jadi incaran punya andil besar dalam perkembangan dunia yang kian dinamis, selain juga banyak memberikan kesempatan seperti beasiswa.

Alasan lainnya mengapa perempuan ingin menguasai bahasa asing tertentu adalah karena tantangan. Tentu menjadi kebanggaan ketika memiliki keahlian berbahasa asing dengan lafal dan tulisan yang cenderung rumit. Menguasai bahasa asing tertentu menjadi kebanggaan bagi perempuan.

Polling yang dilakukan majalah Chic menunjukkan, negara-negara Asia menjadi incaran sebagian besar perempuan Indonesia. Sebanyak 52 persen perempuan memilih Asia dan ingin belajar bahasa Mandarin, Jepang, juga Korea. Bahasa asing ini dipilih, terutama Mandarin, karena China mulai menguasai pasar dunia. Kebutuhan akan bahasa Mandarin pun dianggap semakin tinggi.

Sedangkan 40 persen responden memilih Eropa, dengan bahasa asing pilihan seperti Perancis, Jerman, dan Belanda. Bahasa Jerman termasuk favorit karena negara ini banyak memberikan kesempatan beasiswa untuk masyarakat dunia termasuk Indonesia. Selain menjadi salah satu persyaratan beasiswa, penguasaan bahasa Jerman akan memudahkan mereka yang berniat melanjutkan pendidikan dan tinggal di negara tujuan. Sementara bahasa lain dari Eropa seperti Perancis, dipilih karena dianggap menantang terutama dalam penulisan dan pelafalan.

Bahasa asing lain seperti Arab juga menjadi pilihan. Namun, hanya delapan persen perempuan yang memilih bahasa Arab sebagai keterampilan lain di luar bahasa Inggris.

Bagaimana dengan Anda, ingin menguasai bahasa asing lainnya?


http://medan.tribunnews.com/2012/05/26/bahasa-asing-yang-ingin-dipelajari-perempuan

Sediakan Kursus Bahasa Asing

TRIBUN-MEDAN.COM, MEDAN - Selain dalam bidang ekstarulikuler, SMK Raksana II juga mempunyai keunggulan dalam bidang akademi. Hal ini disampaikan oleh kepala sekolah SMK Raksana II,Safaruddin.

Untuk bidang bahasa Inggris, Safaruddin mengatakan tidak terhitung lagi banyaknya perlombaan yang diikuti oleh siswa di sekolah ini karena sekolah ini memang menyediakan kursus khusus bahasa inggris. Untuk mengikuti kursus ini, siswa cukup membayar Rp 10 ribu perbulannya dan kursus ini diwajibkan bagi semua siswa.

“Selain bahasa Inggris ada juga kursus bahasa Jepang dengan biaya yang sama yaitu Rp 10 ribu perbulannya. Untuk bahasa Jepang, diikuti oleh siswa yang memang memiliki minat dalam bidang tersebut, “ ujarnya.

Ia mengatakan tujuan diadakannya kursus ini agar siswa yang telah lulus nanti tidak hanya memiliki skill dalam bidang yang dipelajarinya sekarang saja. Namun Ia mempunyai kelebihan lain yang dapat menjadi nilai tambahnya dalam memasuki dunia kerja nantinya.

http://medan.tribunnews.com/2013/01/30/sediakan-kursus-bahasa-asing

Siswa Belajar Lima Bahasa Asing


TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - SMA Plus Muhammadiyah Medan bertekad menjadi sekolah internasional. Sekolah yang menerapkan lima bahasa, Arab, Mandarin, Jerman, Inggris dan Jepang dalam kurikulum  tersebut bakal melebarkan sayap, dengan mengirim lulusan ke luar negeri untuk melanjutkan studi.

DEMIKIAN disampaikan Kamaluddin Harahap Ketua Dewan Penyantun SMA Plus Muhammadiyah Medan pada Diskusi Harian di Kantor Tribun Medan, Jalan Gatot Subroto Nomor 449 D-G, Medan, Selasa (28/2).

Kamaluddin, yang juga Wakil DPRD Sumut, datang didampingi Sekretaris Penyantun Achlaq Shiddiq Tanjung, Kepala Sekolah Suheri Harahap, Kepala Tatausaha Syabirin, Bendahara Sekolah Syarmadhan serta sejumlah siswa.

Ia mengatakan, gagasan mendirikan SMA Plus Muhammadiyah sebenarnya dimulai sejak 1996,  saat berkembangnya SMA Plus Matauli Sibolga, SMA Plus Soposurung Balige, dan SMA Plus Sipirok. Ide tersebut terealisasi pada 1997, diresmikan Jenderal Faisal Tanjung, yang saat itu  sebagai Panglima TNI.

Suheri mengatakan, sejak berdiri, sekolah ini menerapkan sistem pemondokan (asrama). Anak didik tidak diperkenankan pulang ke rumah, pulang minimal sebulan sekali.

Kendati menggunakan sistem asrma, sekolah ini bukan menganut sistem pesantren yang banyak mengajarkan ilmu agama. SMA Plus Muhammadyah lebih banyak menerapkan pelajaran umum selain ilmu agama.

SMA Plus Muhammadiah menerapkan pendidikan berkarakter. "Pendidikan berkarakter sudah kami terapkan jauh hari. Jadi, kami sudah berbuat sebelum orang lain memikirkannya," kata Achlaq Shiddiq Tanjung.

Kurikulum berbasis kompetensi 2002, kata Achlaq, sudah diterapkan Muhammadiah sejak 1997, saat SMA Plus Muhammadiyah didirikan. "Saat itu kami sudah terapkan belajar Bahasa Mandarin. Banyak orang yang protes, kan saat itu segala yang berbau Mandarin dilarang," katanya.

Namun, pihaknya tetap bergeming. Ia mengutip hadist dalam Islam yang mengajarkan, tuntutlah ilmu sampai ke negeri China.

"Sayangnya masyarakat Indonesia sudah apriori kepada warga Tionghoa," ujar Achlaq.

Kendati demikian, pada masa Tengku Rizal Nurdin sebagai Gubernur Sumut, pelajar SMA Plus Muhammadiyah dipanggil saat ada tamu dari Beijing, China.
"Rizal Nurdin memanggil pelajar SMA Plus Muhammdiah yang sanggup berbahasa Mandarin untuk memberitahu bahwa anak Sumut bisa berbahasa Mandarin," katanya.

Kamaluddin menambahkan, dalam waktu dekat, pihaknya menyusun masterplan pegembangan sekolah plus tersebut dengan memperluas areal sekolah. "Kami akan melebarkan sayap kiri dan kanan sehingga sekolah ini menjadi sekolah yang representatif dengan konsep hijau," ujarnya.

Masterplan lainnya, pengembangan kualitas lulusan dengan membangun fasilitas IT. Sekolah tidak akan menggunakan papan tulis atau whiteboard lagi, tapi LCD proyektor. Guru-gurunya dituntut melek teknologi.



"Semua komponen kita harapkan rela membangun untuk menghargai pendidikan yang mengedepankan kualitas," katanya. Kamaluddin menyadari bahwa, pembangunan harus dimulai dari pendidikan.

"Kalau pendidikan sudah dibangun maka ekonomi masyarakat juga akan meningkat," tambahnya. Untuk pendanaan, Kamaluddin mengatakan, pembangunan pendidikan sekolah Muhammadiah dibangun dari kantong-kantong jamaah. Kini, satu-satunya ormas yang memiliki SMA Plus adalah Muhammadiah.

"Kami memberikan kesempatan kepada lembaga atau perusahaan yang memiliki program CSR untuk bisa memberikan kontribusi positif kepada SMA Plus Muhammadiah," katanya.

Tidak hanya itu, pihaknya juga membuka program orangtua asuh untuk anak-anak kurang mampu. Bahkan, anak yang berprestasi dari golongan tidak mampu dapat beasiswa. "Namun latar belakang anak didik itu harus benar-benar berasal dari keluarga tidak mampu," ujarnya.(riz)

http://medan.tribunnews.com/2012/03/01/siswa-belajar-lima-bahasa-asing

PNS Jabatan Tertentu Wajib Memiliki Keahlian Bahasa Asing

TRIBUNNEWS.COM , BATAM - Berkembangnya Kota Batam sebagai kawasan Industri, sekaligus salah satu Kota Besar di Kepulauan Riau yang masuk dalam KAwasan Free Trade Zone (FTZ) membuat pentingnya aparat hingga pegawai negeri di bidang tertentu untuk memiliki keahlian dalam berbahasa asing, salah satunya bahasa Inggris.
Untuk itu, adanya wacana dari Pemerintah Pusat untuk melengkapi seluruh personilnya dengan keahlian berbahasa Inggris menjadi nilai tambah, meski ada pro dan kontra dalam pelaksanaannya.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Pariwisata Kota Batam, Yusfa Hendri saat di hubungi Tribun menyetujui hal tersebut. Namun demikian pihaknya mengatakan bahwa untuk menerapkan hal tersebut kiranya harus disesuaikan dengan formasi dan kebutuhan di setiap instansi terkait.
Misalnya untuk pegawai negeri yang ada di Badan Penanaman Modal (BPM), Pariwisata, hingga Ketenagakerjaan memiliki keahlian berbahasa asing, khusunya Inggris memang keharusan.
Sehingga mau tidak mau dalam penyeleksian Calon pegawai negeri sipil (CPNS) di Kota Batam setiap tahunnya selalu di adakan semacam tes bahasa Inggris untuk jabatan tertentu. Dan tidak secara global semua calon PNS wajib memiliki keahlian tersebut.
"Untuk dilingkungan kita (Dinas Pariwisata,red) setiap waktu selalu kita lakukan tes dalam berbahasa Asing, baik sevara intern maupun ekstern (dikursuskan) untuk pegawai kita. Mengingat mau tidak mau hampir setiap saat kita selalu berkomunikasi dengan bahasa asing khususnya bahasa Inggris kepada Wisatawan," ungkap Yusfa.
Selain itu, tambahnya, selain melengkapi diri dengan berbahasa asing untuk pegawainya, pihaknya juga melengkapi personilnya dengan keahlian bahasa lainnya. "Saat ini kita kompetensinya dengan negara tetangga. Jadi kita harus bisa global. Bukan hanya Bahasa Inggris, Jepang, Arab, Prancis, dan Mandarin kalau bisa. Jadi banyak juga dari pegawai kita yang kita kursuskan ataupun memilih sendiri keahlian bahasanya," terangnya.
Disinggung mengenai perlu adanya tes Toefl untuk pegawai negeri yang ada dilingkungannya, Yusfa mengungkapkan rasa setujunya.
"saya setuju jika ada semacam tes, namun harus di lihat juga untuk jabatan dan bidang tertentu saja. Namun demikian semuanya itu kita kembalikan lagi kepada pemegang kebijakannya yakni Pemerintah Kota Batam, apakah menyetujui atau tidak. Kalau kita kan hanya mengamini saja jika sudah ada keputusan maupun peraturan daerahnya," terangnya.(isu)

http://www.tribunnews.com/regional/2012/08/26/pns-jabatan-tertentu-wajib-memiliki-keahlian-bahasa-asing

Sjahril Jadi Penasihat Polri karena Kuasai 3 Bahasa Asing

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Posisi Sjahril Djohan sebagai penasihat ahli narkoba di Direktorat IV Narkoba Bareskrim Polri dipertanyakan majelis hakim. Ia mengaku diangkat penasihat ahli karena menguasai tiga bahasa asing.

"Saya menguasai tiga bahasa asing Inggris, Belanda dan Jerman," ujar Sjahril saat ditanya kenapa bisa jadi penasihat ahli Narkoba oleh hakim Haswandi di persidangan terdakwa Susno Duadji di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Kamis (4/11/2010).

Ia mengaku, dengan kemamampuannya tersebut kerap meladeni rapat-rapat dengan polisi asing terkait narkoba. Biasanya, polisi asing yang sering diladeninya berasal dari Australia, Belanda dan Jerman.

Hakim anggota lainnya Artha Theresia masih belum yakin dengan jawaban Sjahril sehingga menanyakan kembali. "Apakah polisi tidak punya tenaga yang berbahasa asing?" tanya Artha. Sjahril tak menjawab langsung pertanyaan Artha.

Sjahril justeru menjelaskan, kalau pengangkatan dirinya atas SK yang dikeluarkan Direktur IV Narkoba saat itu dijabat Brigjen Pol Indradi Thanos. "Saya mendapat SK sejak 2005. Berkantor di Mabes dan di BNN," ungkapnya.

Sjahril pun menjelaskan perannya di Narkoba saat itu. Salah satunya pernah berhubungan dengan kejaksaan terkait dua orang Nigeria terpidana mati karena narkoba. Ia disuruh direktur agar mempercepat eksekusi keduanya.

Artha balik menyindir keterangan Sjahril. "Saudara suka mempercepat apapun ya? Apa sih pekerjaan saudara?" tanya Artha lagi. "Saya consultant, penasehat. Saya tidak punya latarbelakang hukum," jelas Sjahril.

http://www.tribunnews.com/nasional/2010/11/04/sjahril-jadi-penasihat-polri-karena-kuasa-3-bahasa-asing

Cagub Bali Ditantang Debat Pakai Bahasa Asing

TRIBUNJOGJA.COM, DENPASAR - Bali sebagai destinasi pariwisata dunia membutuhkan pemimpin daerah yang tak hanya cakap mengurus pemerintahan namun juga mampu berbahasa asing. Tantangan tersebut disampaikan seorang praktisi pariwisata, Wayan Duarsa saat tanya jawab sosialisasi Pemilihan Gubernur Bali 2013 di Gedung Wiswa Sabha, Denpasar, Selasa (19/3/2013).

Pentingnya Gubernur Bali menguasai bahasa asing selain untuk mempromosikan pariwisata ke luar negeri, Bali juga sering menjadi tuan rumah konferensi internasional termasuk KTT APEC tahun ini yang dihadiri pemimpin-pemimpin dunia.

"Saya mengusulkan supaya debat menggunakan bahasa asing, supaya kita tahu mana pemimpin yang kompeten," ujar Duarsa saat melontarkan usul di depan pimpinan KPU dan Panwaslu.

"Jangan hanya jadi pemimpin yang jago kandang, supaya bisa mengikuti perkembangan global," imbuhnya.

Ketua Panwaslu Bali, I Made Wena yang menanggapi usul ini mengatakan, sah-sah saja debat menggunakan bahasa asing yang terpenting penyelenggara debat merupakan lembaga independen dan mendapat restu dari KPU.

"Mau tanya Bahasa Bali, Bahasa Belanda, itu haknya yang menjawab, nanti kan bisa keliatan kemampuan yang bersangkutan," jelas Wena.

Sampai saat ini KPU sendiri belum menetapkan pasangan Cagub-Cawagub yang berhak mengikuti Pilgub Bali 2013 karena masih dalam proses verifikasi. KPU baru akan mengumumkan Cagub-Cawagub yang lolos verifikasi pada tanggal 29 Maret mendatang. (*)

http://jogja.tribunnews.com/2013/03/19/cagub-bali-ditantang-debat-pakai-bahasa-asing/

Tak Masalah Ajarkan Anak Bahasa Asing Sejak Dini



TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sering ada pendapat jangan ajarkan anak berbahasa asing seperti bahasa Inggris karena belum bisa menggunakan bahasa ibu atau bahasa Indonesia.
Ternyata, pandangan seperti ini salah. Justru makin sejak dini makin diajarkan justru semakin bagus. Apalagi untuk jaman seperti sekarang kemampuan berbahasa asing sangat diperlukan.
"Pandangan itu salah kaprah harus diperbaiki. Kalau bahasa Indonesia tentunya sambil proses berjalan akan bisa," ungkap Novita Tandry M. Psi, Pakar Pendidikan Anak Balita saat peresmian SGM Prestasi Center di Jalan Puri Mutiara 72 Jaksel, Selasa (1/5/2012).
Pengajaran bahasa asing makin dini justru akan memberikan dampak yang lebih positif. Mereka cenderung mampu menyerap dibandingkan saat pengajaran diberikan saat dewasa atau remaja.
"Tapi tentunya pengajaran bahasa yang digunakan adalah cara anak-anak," paparnya.

http://www.tribunnews.com/lifestyle/2012/05/01/tak-masalah-ajarkan-anak-bahasa-asing-sejak-dini

Bekali Intelijen Kemampuan Bahasa Asing


TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Imparsial menilai intelijen negara sebaiknya dibekali kemampuan berbahasa asing ketimbang memiliki kewenangan melakukan penangkapan.

Menurut Direktur Eksekutif Imparsial, Poengky Indarti, intelijen negara, di negara-negara lain, memiliki tugas untuk memata-matai negara lain, bukan rakyatnya sendiri.

"Kalau dalam negeri itu tugas-tugas kepolisian, lebih baik intelijen kita dibekali kemampuan berbahasa asing, karena tugas mereka ke luar negeri, menganalisa negara-negara yang membahayakan negara Indonesia, baik secara politik, ekonomi, maupun keamanan," tutur Poengky dalam acara jumpa pers di Sekretariat Imparsial, Jakarta, Minggu (8/5/2011), siang.

Selain itu, Poengky juga menyinggung belum jelasnya peran dan tugas kesatuan intelijen yang ada di Indonesia, karena tidak diatur jelas di dalam RUU Intelijen yang digodok DPR RI dengan Pemerintah.

"Peran pembagian tugas intelijen ga jelas. Siapa melakukan apa. BIN (Badan Intelijen Negara (BIN) melakukan apa tidak jelas. Seharusnya BIN bertugas mengkordinasi lembaga-lembaga intelijen yang ada," katanya.

Sebelumnya, Poengky mempertanyakan adanya kewenangan aparat intelijen melakukan penangkapan di RUU Intelijen.

Menurut Poengky, adanya kewenangan penangkapan oleh intelijen, akan sulit dimintai pertanggung jawabkan, karena tak bisa diajukan ke praperadilan.

"Kalau hak menangkap di intelijen, kita susah praperadilan, karena itu hanya penyidik (yang bisa dipraperadilankan). Kalau ekstra judicial, diluar hukum, tidak ada, sehingga tak bisa komplain," ujarnya.

Untuk itu ia menyarankan, agar DPR dan Pemerintah mengajak komunitas sosial, untuk membahas RUU itu bersama-sama, agar ada masukan yang membangun terhadap RUU tersebut.

"Kalau mau transparan undang masyarakat sipil untuk membicarakan itu. Agar kita bisa memberikan masukan yang konstruktif," katanya.

http://www.tribunnews.com/nasional/2011/05/08/bekali-intelijen-kemampuan-bahasa-asing

Penguasaan Bahasa Asing Jadi Andalan

SEKOLAH Menegah Atas Negeri (SMAN) 4 Wira Bangsa Meulaboh, Aceh Barat, lulusannya diterima di berbagai perguruan tinggi di Indonesia serta luar negeri, sebab para siswa di sekolah kebanggan masyarakat wilayah barat-selatan Aceh ini menguasai beberapa bahasa, Inggris, Perancis, dan Arab sehingga bahasa menjadi andalan bagi siswa dan kerap tampil pada berbagai even.

Selain bahasa, para siswa sekolah ini juga mempunyai sejumlah kegiatan ektrakurikuler seperti tarian meuseukat, ranup lampuan, serta nasyid. Sehingga kerap diundang dan tampil unjuk kebolehan. “Seni tari dari sekolah kita kerap tampil pada kegiatan-kegiatan peresmian dan peringatan hari-hari besar, sebab di sekolah kita juga dilengkapi dengan alat-alat musik pendukung,” ujar Kepala SMAN 4 Wira Bangsa Meulaboh, Drs Cheruman, Rabu (2/11).

Ia mengatakan, untuk penguasaan bahasa, siswa di SMAN 4 Wira Bangsa sudah mencapai 75 persen lancar khususnya bahasa Inggris disusul bahasa Perancis. Sedangkang bahasa Arab lebih banyak didalami pada malam hari sebab siswa tinggal di asrama selain dimantapkan dalam bahasa juga diperdalam bidang ilmu agama serta dalam menghafal Alquran.

Menurut Kepsek, siswa dalam menambah ilmu selain diberikan pendidikan formal juga ditambah dengan pendidikan tambahan seperti mencari berbagai bahan belajar di internet, sebab di kompleks ini disediakan fasilitas Wi-Fi sehingga siswa mudah mengakses internet melalui laptop milik siswa masing-masing.(rizwan)

http://aceh.tribunnews.com/2011/11/09/penguasaan-bahasa-asing-jadi-andalan

Yuk, Ngabuburit Sambil Belajar Bahasa Asing

TRIBUNJOGJA.COM, SEMARANG - Ada saja cara menghabiskan waktu sembari menunggu berbuka. Satu di antaranya adalah belajar bahasa asing  di tourism information center (TIC) Semarang. Bukan sekadar belajar, tetapi juga praktik langsung dari 'bule'.

Panitia acara dari AIESEC Umi Nutriandini program les dengan biaya Rp 15 ribu sebagai uang untuk makanan buka itu dilakukan setiap akhir pekan yaitu setiap hari Sabtu dan Minggu.  Total ada lima bahasa yang diajarkan yaitu Korea, Mandarin, Perancis, Jerman serta Jepang. Konsep acara adalah kelas bahasa satu pertemuan.

Waktunya pun sengaja dibuat mendekati berbuka puasa. Kelas terdiri atas dua sesi dan dimulai pukul 15.00 dan selesai tepat saat buka puasa. Tiap sesi 1,5 jam dengan materi berbeda. Sesi pertama basic language dan sesi kedua permainan yang berhubungan dengan pengenalan bahasa. Per kelas diisi 40 murid. "Acara ini merupakan rangkaian language fair untuk meningkatkan awareness terhadap bahasa. Untuk akhir pekan ini Jerman sama jepang," jelas Umi kepada tribun, Sabtu (11/8/2012).

Relawan asal Perancis, Nathan mengaku senang bisa memperkenalkan bahasanya ke anak muda Indonesia. Meskipun basicnya adalah teknik, tetapi ia tidak kesulitan mengajar. "Anak muda di sini sangat antusias, itulah yang tidak membuat saya kesulitan," ucapnya.

"Minggu lalu saya diajari bahasa prancis mulai dari cara baca, vokal dan sebagainya. Seneng rasanya," kata  Diasa Ayu (16). Siswi kelas III Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 3 itu baru pertama kali belajar bahasa Perancis di acara yang digelar organisasi pemuda antar negara AIESEC-Universitas Diponegoro itu. Games atau permainan yang digelar oleh bule Perancis yang bernama Nathan turut membuatnya jatuh cinta dengan bahasa asal Menara Eiffel ini. (*)

http://jogja.tribunnews.com/2012/08/11/yuk-ngabuburit-sambil-belajar-bahasa-asing/