Senin, 12 Mei 2014

Siswa Belajar Lima Bahasa Asing


TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - SMA Plus Muhammadiyah Medan bertekad menjadi sekolah internasional. Sekolah yang menerapkan lima bahasa, Arab, Mandarin, Jerman, Inggris dan Jepang dalam kurikulum  tersebut bakal melebarkan sayap, dengan mengirim lulusan ke luar negeri untuk melanjutkan studi.

DEMIKIAN disampaikan Kamaluddin Harahap Ketua Dewan Penyantun SMA Plus Muhammadiyah Medan pada Diskusi Harian di Kantor Tribun Medan, Jalan Gatot Subroto Nomor 449 D-G, Medan, Selasa (28/2).

Kamaluddin, yang juga Wakil DPRD Sumut, datang didampingi Sekretaris Penyantun Achlaq Shiddiq Tanjung, Kepala Sekolah Suheri Harahap, Kepala Tatausaha Syabirin, Bendahara Sekolah Syarmadhan serta sejumlah siswa.

Ia mengatakan, gagasan mendirikan SMA Plus Muhammadiyah sebenarnya dimulai sejak 1996,  saat berkembangnya SMA Plus Matauli Sibolga, SMA Plus Soposurung Balige, dan SMA Plus Sipirok. Ide tersebut terealisasi pada 1997, diresmikan Jenderal Faisal Tanjung, yang saat itu  sebagai Panglima TNI.

Suheri mengatakan, sejak berdiri, sekolah ini menerapkan sistem pemondokan (asrama). Anak didik tidak diperkenankan pulang ke rumah, pulang minimal sebulan sekali.

Kendati menggunakan sistem asrma, sekolah ini bukan menganut sistem pesantren yang banyak mengajarkan ilmu agama. SMA Plus Muhammadyah lebih banyak menerapkan pelajaran umum selain ilmu agama.

SMA Plus Muhammadiah menerapkan pendidikan berkarakter. "Pendidikan berkarakter sudah kami terapkan jauh hari. Jadi, kami sudah berbuat sebelum orang lain memikirkannya," kata Achlaq Shiddiq Tanjung.

Kurikulum berbasis kompetensi 2002, kata Achlaq, sudah diterapkan Muhammadiah sejak 1997, saat SMA Plus Muhammadiyah didirikan. "Saat itu kami sudah terapkan belajar Bahasa Mandarin. Banyak orang yang protes, kan saat itu segala yang berbau Mandarin dilarang," katanya.

Namun, pihaknya tetap bergeming. Ia mengutip hadist dalam Islam yang mengajarkan, tuntutlah ilmu sampai ke negeri China.

"Sayangnya masyarakat Indonesia sudah apriori kepada warga Tionghoa," ujar Achlaq.

Kendati demikian, pada masa Tengku Rizal Nurdin sebagai Gubernur Sumut, pelajar SMA Plus Muhammadiyah dipanggil saat ada tamu dari Beijing, China.
"Rizal Nurdin memanggil pelajar SMA Plus Muhammdiah yang sanggup berbahasa Mandarin untuk memberitahu bahwa anak Sumut bisa berbahasa Mandarin," katanya.

Kamaluddin menambahkan, dalam waktu dekat, pihaknya menyusun masterplan pegembangan sekolah plus tersebut dengan memperluas areal sekolah. "Kami akan melebarkan sayap kiri dan kanan sehingga sekolah ini menjadi sekolah yang representatif dengan konsep hijau," ujarnya.

Masterplan lainnya, pengembangan kualitas lulusan dengan membangun fasilitas IT. Sekolah tidak akan menggunakan papan tulis atau whiteboard lagi, tapi LCD proyektor. Guru-gurunya dituntut melek teknologi.



"Semua komponen kita harapkan rela membangun untuk menghargai pendidikan yang mengedepankan kualitas," katanya. Kamaluddin menyadari bahwa, pembangunan harus dimulai dari pendidikan.

"Kalau pendidikan sudah dibangun maka ekonomi masyarakat juga akan meningkat," tambahnya. Untuk pendanaan, Kamaluddin mengatakan, pembangunan pendidikan sekolah Muhammadiah dibangun dari kantong-kantong jamaah. Kini, satu-satunya ormas yang memiliki SMA Plus adalah Muhammadiah.

"Kami memberikan kesempatan kepada lembaga atau perusahaan yang memiliki program CSR untuk bisa memberikan kontribusi positif kepada SMA Plus Muhammadiah," katanya.

Tidak hanya itu, pihaknya juga membuka program orangtua asuh untuk anak-anak kurang mampu. Bahkan, anak yang berprestasi dari golongan tidak mampu dapat beasiswa. "Namun latar belakang anak didik itu harus benar-benar berasal dari keluarga tidak mampu," ujarnya.(riz)

http://medan.tribunnews.com/2012/03/01/siswa-belajar-lima-bahasa-asing

Tidak ada komentar:

Posting Komentar